
Mencari Konsep Pendidikan Untuk Anak Jalanan
Pendidikan adalah hak setiap warga negara. Begitu kira-kira bunyi salah satu pasal yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar negara kita. Selama ini jangankan anak jalanan, anak-anak yang hidup dengan keluarga yang ekonomi pas-pasan juga kurang beruntung dalam hal pendidikan. Angka anak putus sekolah tiap tahun naik. Pendidikan formal 9th yang dicanangkan pemerintah akan sulit tercapai jika masalah ekonomi rakyat kita belum tuntas. Banyak dari teman-teman aktivis yang konsent di isu anak jalanan, mencoba menerapkan methode pendidikan alternatif, yang sengaja di diterapkan untuk anak jalanan. Model pendampingan pendidikan ini berbeda dengan pendidikan formal yang harus dilakukan dalam kelas. Street Literacy atau belajar dijalanan lebih cocok untuk anak jalanan. Karena disesuaikan dengan basic mereka yang sehari-hari hidup dijalanan. Belajar di perempatan, pinggir jalan. Diajak bermain simulasi, teka-teki, menyanyi yang semuanya dilakukan di pinggir jalan, semua itu akan terasa lebih menarik bagi mereka. Karena materi pendidikan disampaikan dengan santai sambil bermain.
Membangun Sistem Pedidikan di Indonesia ?
Pendidikan alternatif untuk Anak Marjinal
Pendidikan alternatif untuk Anak Marjinal
Pengantar
Dengan memperingati Hari Pendidikan Nasional, tentu kita akan diingatkan kembali pada relita pendidikan di Indonesia selama ini. Sudah sesuai dengan yang dicita-citakan kah? Kenapa Ijazah sebagai legitimated bahwa seseorang sudah dianggap lulus pada suatu bidang studi yang dipilihnya seakan-akan hanya secarik kertas yang tiada berharga. Pengangguran, kejahatan dimana-mana. Dengan kata lain bahwa sistem pendidikan kita yang selama ini belum mampu mengangkat derajat hidup dan memperbaiki nasib warganya alias gagal.. Belum lagi dengan dicabutnya subsidi pendidikan dari pemerintah, disusul lagi kenaikan BBM, namun karena banyak mengundang protes dari berbagai kalangan buru-buru diredam pemerintah dengan mengumumkan subsidi pendidikan lewat kenaikan tarif BBM. Hasilnya? Kita tunggu saja!
Asal muasal munculnya lembaga pendidikan adalah adanya asumsi dan kenyataan bahwa umumnya para orang tua tidak mampu mendidik anak mereka secara sempurna dan lengkap. Lembaga pendidikan didirikan dengan tujuan mengembangkan potensi anak-anak secara optimal, walau pun akhirnya harapan ini tidak otomatis bisa tercapai.
Banyak ide/konsep pendidikan ditelorkan. Misalnya, ide tentang sekolah bebas, sekolah alternatif dan sebagainya. Namun masih banyak orang tua yang tidak puas dengan konsep/materi pendidikan di Lembaga Pendidikan yang ada, sehingga mereka lebih memilih mendidik anak-anaknya sendiri dirumah, diajari sendiri kemudian jika ada materi yang mereka tidak mumpuni, mereka akan mencari guru yang dianggap ahli dibidangnya. Mereka biasanya lebih memilih materi yang bersifat praksis tidak teori melulu, konsep ini diharapkan si anak lebih bisa menghadapi realitas-tantangan kehidupan di masa yang akan datang, tentunya konsep ini sangat bertolak belakang dengan materi yang diajarkan disekolah-sekolah. SD eksperimen Kanisius di Mangunan yang digagas oleh Romomangun juga merupakan salah satu contoh metode pembelajaran alternatif.
Dengan memperingati Hari Pendidikan Nasional, tentu kita akan diingatkan kembali pada relita pendidikan di Indonesia selama ini. Sudah sesuai dengan yang dicita-citakan kah? Kenapa Ijazah sebagai legitimated bahwa seseorang sudah dianggap lulus pada suatu bidang studi yang dipilihnya seakan-akan hanya secarik kertas yang tiada berharga. Pengangguran, kejahatan dimana-mana. Dengan kata lain bahwa sistem pendidikan kita yang selama ini belum mampu mengangkat derajat hidup dan memperbaiki nasib warganya alias gagal.. Belum lagi dengan dicabutnya subsidi pendidikan dari pemerintah, disusul lagi kenaikan BBM, namun karena banyak mengundang protes dari berbagai kalangan buru-buru diredam pemerintah dengan mengumumkan subsidi pendidikan lewat kenaikan tarif BBM. Hasilnya? Kita tunggu saja!
Asal muasal munculnya lembaga pendidikan adalah adanya asumsi dan kenyataan bahwa umumnya para orang tua tidak mampu mendidik anak mereka secara sempurna dan lengkap. Lembaga pendidikan didirikan dengan tujuan mengembangkan potensi anak-anak secara optimal, walau pun akhirnya harapan ini tidak otomatis bisa tercapai.
Banyak ide/konsep pendidikan ditelorkan. Misalnya, ide tentang sekolah bebas, sekolah alternatif dan sebagainya. Namun masih banyak orang tua yang tidak puas dengan konsep/materi pendidikan di Lembaga Pendidikan yang ada, sehingga mereka lebih memilih mendidik anak-anaknya sendiri dirumah, diajari sendiri kemudian jika ada materi yang mereka tidak mumpuni, mereka akan mencari guru yang dianggap ahli dibidangnya. Mereka biasanya lebih memilih materi yang bersifat praksis tidak teori melulu, konsep ini diharapkan si anak lebih bisa menghadapi realitas-tantangan kehidupan di masa yang akan datang, tentunya konsep ini sangat bertolak belakang dengan materi yang diajarkan disekolah-sekolah. SD eksperimen Kanisius di Mangunan yang digagas oleh Romomangun juga merupakan salah satu contoh metode pembelajaran alternatif.
Pendidikan Alternatif Untuk Anak Jalanan
Saat ini pemerintah Indonesia sedang gencar-gencarnya mensosialisasikan Pendidikan Anaka Usia Dini (PAUD). Ada beberapa Aspek yang diperhatikan dalan PAUD yaitu, pengembangan fisik, melatih kemampuan berbahasa, menanamkan nilai moral, mengendalikan emosi dan mengasah /mengeksplor kemampuan berkreasi. Karena disadari bahwa pendidikan anak usia dini sangat penting untuk pondasi pendidikan selanjutnya. Pentingnya mengenalkan anak pada dunia/lingkungan sekitar, belajar bersosialisasi, merangsang pertumbuhan kognitif ( Fisik dan Mental).
Saat ini pemerintah Indonesia sedang gencar-gencarnya mensosialisasikan Pendidikan Anaka Usia Dini (PAUD). Ada beberapa Aspek yang diperhatikan dalan PAUD yaitu, pengembangan fisik, melatih kemampuan berbahasa, menanamkan nilai moral, mengendalikan emosi dan mengasah /mengeksplor kemampuan berkreasi. Karena disadari bahwa pendidikan anak usia dini sangat penting untuk pondasi pendidikan selanjutnya. Pentingnya mengenalkan anak pada dunia/lingkungan sekitar, belajar bersosialisasi, merangsang pertumbuhan kognitif ( Fisik dan Mental).
Menurut Romo mangun anak-anak kita selama ini dianiaya oleh sistem pengajaran yang tidak menghargai anak sebagai anak. Sekolah pada hakekatnya adalah seluruh masyarakat atau masyarakat adalah sekolah. Hanya karena perkembangan masalah sosial yang kompleks (sementara kita lewati bagaimana sewajarnya), sampai akhirnya masyarakat kita menganggap yang disebut sekolah adalah sekolah formal dan yang paling mereka kejar-kejar adalah ijazah. Ini adalah hal yang sangat fatal bukan?