Selasa, 29 November 2011

anak jalanan juga butuh pendidikan

anak jalananHidup dijalanan penuh dengan resiko. Kekerasan dan kejahatan senantiasa mengiringi kerasnya hidup dijalanan. Belum lagi panasnya sinar matahari, debu bercampur polusi yang semuanya sangat tidak ramah lingkungan. Situasi yang seperti itu, akan mempengaruhi emosi orang yang hidup disekitarnya, sehingga wajar di jalanan sangat rawan terjadi konflik, semua orang dibuat serba tidak sabar, ingin mendapatkan hasil / uang tanpa harus kerja keras. Kalau kita pernah menonton film layar lebar yang berjudul Daun Di Atas Bantal, disitu di ceritakan tentang mafia asuransi yang dilakukan oknum kepolisian. Kejahatan penipuan asuransi dengan cara membunuh anak jalanan untuk mengucurkan dana asuransi, yang sebelumnya anjal tersebut di beri KTP dengan nama sesuai nama yang di kehendaki (nasabah asuransi). Benar / tidaknya cerita ini, yang pasti, kasus seperti ini bisa saja setiap saat mengancam keberadaan anjal. Kasus diatas, adalah salah satu contoh kejahatan yang memanfaatkan ketidak berdayaan anak jalanan. Menurut kak Seto (Komnas Anak) Lebih dari 70% anak di Jakarta berada dalam kondisi mencemaskan dan rawan menjadi anak jalanan, selebihnya 30% adalah anak rumahan – yang tinggal dengan orang dewasa, dan setiap saat terkadang menerima tekanan dari orang tua/orang dewasa yang tinggal bersamanya. Kondisi kemiskinan sangat mempengaruhi pertumbuhan (kehidupan) anak, dan karenanya sewaktu-waktu hak anak bisa terlanggar. Kejahatan trafficking bisa saja menimpa anak jalanan, karena mereka hidup jauh dari lingkungan keluarganya dari orang dewasa / orang tuanya yang seharusnya melindungi dia. Dan sangat mudah mengajak anak jalanan dengan diiming-imingi honor yang besar, supaya mau masuk perangkap jaringan trafficking. Padahal mereka akan dijadikan buruh dengan upah murah, pekerja sex komersial, dan lain-lain.
Mencari Konsep Pendidikan Untuk Anak Jalanan
Pendidikan adalah hak setiap warga negara. Begitu kira-kira bunyi salah satu pasal yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar negara kita. Selama ini jangankan anak jalanan, anak-anak yang hidup dengan keluarga yang ekonomi pas-pasan juga kurang beruntung dalam hal pendidikan. Angka anak putus sekolah tiap tahun naik. Pendidikan formal 9th yang dicanangkan pemerintah akan sulit tercapai jika masalah ekonomi rakyat kita belum tuntas. Banyak dari teman-teman aktivis yang konsent di isu anak jalanan, mencoba menerapkan methode pendidikan alternatif, yang sengaja di diterapkan untuk anak jalanan. Model pendampingan pendidikan ini berbeda dengan pendidikan formal yang harus dilakukan dalam kelas. Street Literacy atau belajar dijalanan lebih cocok untuk anak jalanan. Karena disesuaikan dengan basic mereka yang sehari-hari hidup dijalanan. Belajar di perempatan, pinggir jalan. Diajak bermain simulasi, teka-teki, menyanyi yang semuanya dilakukan di pinggir jalan, semua itu akan terasa lebih menarik bagi mereka. Karena materi pendidikan disampaikan dengan santai sambil bermain.
Membangun Sistem Pedidikan di Indonesia ?
Pendidikan alternatif untuk Anak Marjinal
Pengantar
Dengan memperingati Hari Pendidikan Nasional, tentu kita akan diingatkan kembali pada relita pendidikan di Indonesia selama ini. Sudah sesuai dengan yang dicita-citakan kah? Kenapa Ijazah sebagai legitimated bahwa seseorang sudah dianggap lulus pada suatu bidang studi yang dipilihnya seakan-akan hanya secarik kertas yang tiada berharga. Pengangguran, kejahatan dimana-mana. Dengan kata lain bahwa sistem pendidikan kita yang selama ini belum mampu mengangkat derajat hidup dan memperbaiki nasib warganya alias gagal.. Belum lagi dengan dicabutnya subsidi pendidikan dari pemerintah, disusul lagi kenaikan BBM, namun karena banyak mengundang protes dari berbagai kalangan buru-buru diredam pemerintah dengan mengumumkan subsidi pendidikan lewat kenaikan tarif BBM. Hasilnya? Kita tunggu saja!
Asal muasal munculnya lembaga pendidikan adalah adanya asumsi dan kenyataan bahwa umumnya para orang tua tidak mampu mendidik anak mereka secara sempurna dan lengkap. Lembaga pendidikan didirikan dengan tujuan mengembangkan potensi anak-anak secara optimal, walau pun akhirnya harapan ini tidak otomatis bisa tercapai.
Banyak ide/konsep pendidikan ditelorkan. Misalnya, ide tentang sekolah bebas, sekolah alternatif dan sebagainya. Namun masih banyak orang tua yang tidak puas dengan konsep/materi pendidikan di Lembaga Pendidikan yang ada, sehingga mereka lebih memilih mendidik anak-anaknya sendiri dirumah, diajari sendiri kemudian jika ada materi yang mereka tidak mumpuni, mereka akan mencari guru yang dianggap ahli dibidangnya. Mereka biasanya lebih memilih materi yang bersifat praksis tidak teori melulu, konsep ini diharapkan si anak lebih bisa menghadapi realitas-tantangan kehidupan di masa yang akan datang, tentunya konsep ini sangat bertolak belakang dengan materi yang diajarkan disekolah-sekolah. SD eksperimen Kanisius di Mangunan yang digagas oleh Romomangun juga merupakan salah satu contoh metode pembelajaran alternatif.
Pendidikan Alternatif Untuk Anak Jalanan
Saat ini pemerintah Indonesia sedang gencar-gencarnya mensosialisasikan Pendidikan Anaka Usia Dini (PAUD). Ada beberapa Aspek yang diperhatikan dalan PAUD yaitu, pengembangan fisik, melatih kemampuan berbahasa, menanamkan nilai moral, mengendalikan emosi dan mengasah /mengeksplor kemampuan berkreasi. Karena disadari bahwa pendidikan anak usia dini sangat penting untuk pondasi pendidikan selanjutnya. Pentingnya mengenalkan anak pada dunia/lingkungan sekitar, belajar bersosialisasi, merangsang pertumbuhan kognitif ( Fisik dan Mental).
Menurut Romo mangun anak-anak kita selama ini dianiaya oleh sistem pengajaran yang tidak menghargai anak sebagai anak. Sekolah pada hakekatnya adalah seluruh masyarakat atau masyarakat adalah sekolah. Hanya karena perkembangan masalah sosial yang kompleks (sementara kita lewati bagaimana sewajarnya), sampai akhirnya masyarakat kita menganggap yang disebut sekolah adalah sekolah formal dan yang paling mereka kejar-kejar adalah ijazah. Ini adalah hal yang sangat fatal bukan?

pentingnya pendidikan bagi masyarakat

Arti Penting Pendidikan Bagi Manusia
(Membangun Pendidikan untuk Mewujudkan Manusia Indonesia berkualitas)
Oleh Falmersius L.Gaol, S.Sos.
(Pamong Belajar BP-PLSP Regional – I Medan)

Pendahuluan
Berbicara tentang pendidikan, maka membahas perkembangan peradaban manusia. Perkembangan pendidikan manusia akan berpengaruh terhadap dinamika sosial-budaya masyarakatnya. Sejalan dengan itu, pendidikan akan terus mengalami perkembangan sesuai dengan perkembangan kebudayaan. Banyak pendapat para tokoh  pendidikan yang kemudian berdampak terhadap peradaban manusia. Tulisan ini akan mendeskripsikan pendapat tentang arti pentingnya pendidikan bagi manusia, serta sasaran pendidikan secara umum di Indonesia.

Dari masa perkembangan peradaban kuno sampai munculnya abad “pencerahan” (renaisance) di eropa, bidang pendidikan mendapat tempat utama dan strategis dalam kehidupan pemerintahan. Pendidikan merupakan yang paling utama, hal itu setidaknya dapat kita lihat dari pendapat beberapa ahli berikut ini;
  Jean Jaqques Rosseau, seorang tokoh pembaharu Perancis menyebutkan, Semua yang kita butuhkan dan semua kekurangan kita waktu lahir, hanya akan kita penuhi melalui pendidikan.
  Aristoteles, ahli filsafat Yunani kuno berpendapat, bahwa perbaikan masyarakat hanya dapat dilakukan dengan terlebih dahulu meperbaiki sistem pendidikan.
  Van de venter, tokoh politik ETIS atau balas budi, yang menjadi tonggak awal perkembangan munculnya golongan terpelajar Indonesia juga mengatakan, Pendidikan yang diberikan kapada rakyat pribumi, akan dapat merubah nasib pribumi,
  Tokoh Pendiri nasional yakni Ir. Soekarno dan Ki Hajar Dewantara, juga menyebutkan bahwa satu-satunya yang dapat mengubah nasib suatu bangsa hanyalah Pendidikan.

Selanjutnya menurut UNESCO, badan PBB yang menangani bidang pendidikan menyerukan kepada seluruh  bangsa-bangsa di dunia bahwa, jika ingin membangun dan berusaha memperbaiki keadaan seluruh bangsa, maka haruslah dari pendidikan, sebab pendidikan adalah kunci menuju perbaikan terhadap peradaban.oleh karena itu UNESCO merumuskan bahwa pendidikan itu adalah:
1. Learning how to think (Belajar bagaimana berpikir)
2. Learning how to do (Belajar bagaimana melakukan)
3. Learning how to be (Belajar bagaimana menjadi)
4. Learning how to learn (Belajar bagaimana belajar)
5. Learning how to live together (Belajar bagaimana hidup bersama)
Dengan demikian, jelaslah bahwa pendidikan adalah sesuatu yang sangat penting dan mutlak bagi umat manusia. Oleh karena itu, tidaklah sekedar transfer ilmu pengetahuan (transfer of knowledge). Tujuan pendidikan sesungguhnya menciptakan pribadi yang memiliki sikap dan kepribadian  yang positif. Sikap dan kepribadian yang positif antara lain:
• Memiliki dan bangga berkompetensi, yakni memiliki Ilmu pengetahuan
• Bangga berdisiplin
• Tahan mental menghadapi kesulitan hidup
• Jujur dan dapat dipercaya (memiliki karakter yang baik dan integritas yang baik atau suka bekerjasama dalam tim)
• Memiliki pola pikir yang rasional dan ilmiah
• Bangga bertanggung jawab
• Terbiasa bekerja keras
• Mengutamakan kepedulian terhadap sesamanya
• Mengutamakan berdiskusi dari pada berdebat (not conflict but consensus)
• Hormat pada aturan
• Menghormati hak-hak orang lain
• Memiliki moral dan etika yang baik
• Mencintai pekerjaan
• Suka menabung

Menghasilkan manusia Indonesia seperti keadaan di atas merupakan keinginan insan pendidikan. Semua pendidik dan tenaga kependidikan di negeri ini harus memahami hal itu sehingga dalam melaksanakan setiap aktivitas belajar-mengajar, tidak hanya sekedar mentransfer ilmu pengetahuan kepada warga didik (warga belajar), tetapi kita harus membimbing mereka melalui melalui motivasi dan contoh keteladanan yang bermuara pada pembinaan sikap (behaviour) maupun etika/moral peserta didik ataupun warga belajar.

Sasaran Pendidikan Indonesia
 Menteri Pendidikan Nasional Bambang Sudibyo mengatakan, akan mewujudkan pendidikan Indonesia sebagai proses pembentukan manusia Indonesia yang seutuhnya. Pernyataan itu akan termanifestasikan dalam 3 hal yaitu:
1. Penguasaan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi)
2. Estetika (Seni)
3. Moral dan Etika
Dengan demikian jelaslah bahwa pendidikan itu tidaklah sekedar transfer of knowledge. Pendidikan itu juga harus belajar tentang behaviour, etika-moral dan mental anak didik.

 Presiden R.I. Susilo Bambang Yudhoyono, pada acara Hari Anak Nasional, mengatakan Bahwa Bangsa yang pendidikannya jelek tidak maju, Bangsa yang maju adalah bangsa yang produktif, inovatif, dan cerdas, di samping memiliki akhlak dan kepribadian yang baik, sehat jasmani dan rohani dan rukun satu sama lain.
Wakil Presiden Yusuf  Kalla, dalam menyikapi pro dan kontra tentang standarisasi Ujian Nasional (UN) menegaskan, Anak-anak yang yang telah belajar keras dan sungguh-sungguh tidak boleh disamakan dengan anak-anak yang malas,hal itu tidak benar,  karena negara Indonesaia tidak dibangun dengan kemalasan, namun harus dengan kerja keras.
 Tentunya,tujuan dan sasaran pendidikan di atas akan dapat tercapai melalui peran aktif semua pihak yang terlibat yakni orangtua, tenaga pendidik, siswa-siswi, pemerintah, dan  masyarakat, serta keberadaan dana pendidikan yang cukup pula. Di Indonesia, proses pendidikan belum berjalan sesuai dengan yang diharapkan masyarakat, sehingga apa yang menjadi sasaran pendidikan tersebut belum dapat diwujudkan. Keadaan ekonomi yang belum sepenuhnya pulih, jumlah penduduk yang sangat besar, kondisi geografis Indonesia yang luas serta belum maksimalnya peran serta seluruh komponen bangsa menjadi kenyataan yang dapat memperlambat proses pembangunan pendidikan nasional. Namun berbagai upaya signifikan telah dilakukan pemerintah untuk mempercepat pembangunan pendidikan nasional, penetapan anggaran pendidikan sebesar 20% dari APBN maupun APBD (Sesuai pasal 31 ayat 3 UUD 1945) menjadi indikator utama dimulainya percepatan peningkatan mutu pendidikan Indonesia, pembenahan kurikulum nasional, penataan mutu tenaga pendidik yang simultan dilakukan diharapkan akan membawa perubahan ke arah terciptanya manusia Indonesia yang berpendidikan baik, bermoral, dan berdaya saing tinggi.